Mahasiswa Calon Guru yang Ingin Menjadi Gurunya Calon Guru

Rabu, 21 Desember 2011

Analisis Tema Novel Laskar Pelangi

Analisis Tema Novel Laskar Pelangi
Berbicara tentang sebuah karya sastra, idealnya sastra juga memiliki peran pencerdasan bagi kehidupan berbangsa. Sastra tak hanya menjadi ruang pelampiasan estetika batin para penikmatnya. Lebih dari itu sastra memiliki peran-peran strategis lain yang lebih membangun sistem kehidupan berbangsa. Sastra memiliki peran mencerdaskan, edukasi, dan sebagai bentuk rekreasi jiwa akan kejenuhan segenap kemelut bathin para penulis.

1.  Tema Novel Laskar Pelangi
Novel laskar pelangi mengangkat tema yang menjawab persoalan panjang bangsa Indonesia. Tema pendidikan yang kental merupakan sebuah novel yang berisi representasi dan gambaran kondisi nyata pendidikan di tanah air. Novel ini menggambarkan kondisi pendidikan yang cukup sulit dirasakan oleh kalangan kurang mampu. Komitmen dan semangat orang kecil untuk mendapatkan hak dan tingkat pendidikan yang layak. Persoalan pendidikan di tanah air adalah persoalan yang selalu menyisakan pekerjaan panjang tak kunjung selesai. Sebut saja sistem pendidikan yang selalu berubah-ubah, sistem ujian nasional yang kerap mendapat apresiasi pro dan kontra di tengah masyarakat. Pendidikan jugalah yang menyebabkan Indonesia tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Indonesia rendah, mengakibatkan pola pikir masyarakat jauh dari nilai-nilai intelektualitas, kerap dibodoh-bodohi bangsa lain dan pada gilirannya diperlakukan sewenang-wenang oleh bangsa lain.

Novel Laskar Pelangi sangat fenomenal karena syarat dengan nilai-nilai pendidikan, yang jarang ada karya-karya seperti ini. Laskar Pelangi adalah sebuah kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong pinggiran. Di buku tersebut, Andrea menceritakan semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Novel Laskar Pelangi sangat fenomenal karena syarat dengan nilai-nilai pendidikan, yang jarang ada karya-karya seperti ini. Laskar Pelangi adalah sebuah kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong pinggiran. Di buku tersebut, Andrea menceritakan semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Lebih dari itu sosok tokoh Ibu Muslimah menggantikan peran orang tua anak-anak didiknya saat berada di sekolah. Ikal dan kawan-kawan sang pasukan laskar pelangi juga merupakan cerminan anak-anak yang memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk meraih pendidikan meskipun kondisi mereka tidak mampu. Anak-anak Melayu miskin di Pulau Belitong berjuang demi pendidikan. Kesepuluh anak-anak tersebut yang menamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi bersekolah di suatu SD Muhammadiyah yang sangat jauh dari peradaban dan nyaris ditutup oleh pemerintah sebab hampir tidak ada peminatnya. Namun, hanya itulah satu-satunya sekolah yang dimiliki oleh penduduk miskin di daerah itu sehingga di sanalah bertumpu harapan anak-anak kecil itu untuk dapat bersekolah.
Walaupun dipandang  sebelah mata karena bangunannya yang reyot, miring dan sebagai kandang kambing, karena reputasinya yang hampir tidak terdengar, dan karena gurunya yang hanya segelintir saja, ternyata kegigihan anggota Laskar Pelangi dalam menuntut ilmu patut diacungi jempol. Misalnya Lintang, seorang anak yang sangat cerdas, rela menempuh perjalanan sejauh 60 km setiap hari pulang pergi ke sekolah dan berhadapan dengan buaya ganas di perjalanan dengan mengendarai sepeda butut milik keluarganya demi sebuah pendidikan. Betapa berat perjuangan anak-anak kampung Melayu miskin dalam menggapai sebuah pendidikan.
Dengan bimbingan dan didikan dari Ibu Muslimah, salah seorang guru SD Muhammadiyah, para anggota Laskar Pelangi tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya pandai, tetapi juga tahu sopan santun.
2.  Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh Novel Laskar Pelangi
Pada bagian ini dilakukan peninjauan nilai-nilai pendidikan masing-masing tokoh dengan berbagai penafsirannya. Menurut George F. Kneller (dalam Suwarno, 2006:20), pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransfirmasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain. Penafsiran nilai-nilai pendidikan dari masing-masing tokoh, dapat dilihat di bawah ini.
Lintang
Motivasi belajar dari diri Lintang sangat luar biasa, keinginan kuat untuk menuntut ilmu membuat dia rela melakukan apapun agar bisa sekolah. Lintang begitu bersahaja di sekolah. Ia memperhatikan dengan seksama semua yang ada di sekelilingnya. Segala sesuatu yang menghalanginya untuk sampai ke sekolah ia singkirkan. Apapun itu, tak akan mampu menghalangi Lintang untuk bersekolah. Ia tetap memiliki semangat untuk sampai ke sekolah meski ia dihadang oleh buaya yang besar. Lintang tak mau kalah dengan buaya. Ia tidak akan membolos hanya gara-gara dihadang buaya. Meskipun ia sadar bahwa dirinya akan terlambat sampai di sekolah, ia akan tetap berangkat ke sekolah. Bukan sekali saja Lintang dihadang buaya. Tetapi ia tetap tak pernah membolos. Keinginannya menuntut ilmu mengalahkan rasa lelahnya mengayuh sepeda sepanjang delapan puluh kilometer pulang pergi. Segala bentuk halangan dan rintangan tak mampu menyurutkan langkah Lintang untuk bersekolah.
Mahar
Mahar seorang siswa yang sekaligus Sang Seniman kecil yang kreatif. Karyanya telah mengantarkan sekolah bobrok itu menjadi juara karnaval dan mengalahkan sekolah-sekolah yang bonafit. Mahar telah mengajarkan betapa suatu karya yang bagus bisa dihasilkan dengan cara-cara yang sederhana tanpa menguras banyak uang. “Serahkan semuanya pada Alam” kata-kata yang lucu walau agak menggetarkan dan mengingatkanku dengan Hukum terbesar Alkemis. Jika Kau benar-benar menginginkan sesuatu maka Alam semesta akan bersatu untuk membantumu. Memunculkan sesuatu yang luar biasa dari hal yang sederhana adalah Tipikal Jenius yang kreatif.
Ayah Lintang
Dia menggambarkan seorang ayah yang baik, tulus, dan sederhana. Gaya hidup sederhana bukan berarti merasa rendah diri yang berlebihan, tetapi justru harus berjiwa besar. Senada yang diungkapkan Fitria (2008:44) bahwa gaya hidup sederhana harus dilandasi sikap kesederhanaan pribadi individu manusia sebagai pelakunya. Selain sikap tersebut ayah Lintang juga mencurahkan semua kasih sayangnya kepada anaknya. Kasih sayang itu lebih-lebih dalam hal pendidikan dan mendidik anak, agak kelak dapat merubah nasib keluarganya. Ayah Lintang selalu mendukung pendidikan anaknya dengan cara-caranya sendiri. Dia tidak menginginkan nasib anaknya sama dengan nasibnya. Menjadi seorang nelayan dan buruh pendulang timah. Lintang bisa mengubah nasib keluarganya.
Ibu Muslimah
Bu Muslimah  rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafit demi SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup memenuhi syarat sepuluh. Bu Muslimah seorang sosok guru yang ramah, sabar dan telaten. Beliau bisa menjalankan peran guru dengan sempurna meskipun ditugaskan di sekolah pinggiran. Sikap perjuangannya sebagai pahlawan tanda jasa yang real digaji dengan beras lima belas kilogram setiap bulannya.
Pak Harfan
Guru juga merupakan sosok penting yang memberikan motivasi dalam belajar. Dengan segala keterbatasan yang ada, para siswa bisa merasa begitu bahagia. Pak Harfan menanamkan semangat belajar yang tinggi kepada anak didiknya. Ia mengajarkan keberanian, semangat, dan kerja keras untuk mencapai cita-cita. Ia mengajarkan juga bahwa hidup haruslah berusaha memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya sepuluh murid.
3.  Nilai- Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi
Dalam novel laskar pelangi ini banyak disajikan nilai-nilai pendidikan Islam, antara lain adanya kesederhanaan dalam diri guru dan murid, yang tidak iri akan majunya sekolah di sekitar mereka dengan fasilitas-fasilitas yang membanggakan. Selain itu juga tercermin kejujuran, ketulusan dan kegigihan pada diri mereka. Dalam hal ini mereka juga selalu terbuka dalam segala hal baik guru kepada muridnya atau sebaliknya. Di dalam novel ini juga diciptakan sosok seorang guru teladan, yang dengan segala keterbatasannya ia tetap sabar, ikhlas dan tulus untuk mengajar anak-anak (murid-murid) yang sangat plural dalam karakter. Adanya dedikasi yang tinggi pada diri Pak Harfan dan Bu Muslimah ternyata membawa sekolah SD Muhammadiyah Gantong menjadi lebih diakui keberadaannya setelah sekian lama dipandang sebelah mata oleh masyarakat Belitong. Walau dalam situasi yang tidak memungkinkan mereka tetap mempunyai semangat belajar yang tinggi, ulet, sabar, ikhlas, gigih, tulus, jujur, sederhana, taqwa, tawakal dan disiplin. Rasa disiplin yang ada, itu sudah tertanam pada diri anak-anak, seperti sosok Lintang yang selalu menimba ilmu walau dengan jarak yang sangat jauh dan menggunakan sepeda ia tetap berusaha sampai di sekolah tepat waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar